“Segala sesuatu akan indah pada waktunya, bila kita menabur pada waktunya.”
Banyak orang tidak dilahirkan dalam keadaan berkelimpahan. Sebagian orang tidak memiliki pekerjaan, sebagian orang lagi bahkan tidak memiliki tempat tinggal. Namun, mereka tetap bertahan, karena mereka percaya segala sesuatu akan indah pada ‘waktunya’
“Segala sesuatu akan indah pada waktunya.” Saya yakin setiap kita pernah membaca atau mendengar kalimat ini. Walaupun sedang diliputi kegagalan, kita seringkali bertahan untuk menunggu timing sukses hadir dalam hidup kita.
Namun, pertanyaannya, apakah timing itu akan benar–benar datang? Apakah kalau kita menunggu sepanjang hidup kita, maka yang "indah" itu akan benar-benar datang?
Bila sampai saat ini, timing sukses belum datang dalam kehidupan Anda, itu bukan berarti filosofi “indah pada waktunya” salah. Cara kita menunggu lah yang salah.
Menunggu bukanlah hal yang pasif. Menunggu secara pasif hanyalah sebuah lelucon. “Indah pada waktunya” benar-benar datang, bila kita menunggu secara aktif.
“Indah pada waktunya” adalah hal yang benar, tapi kalimatnya belum sempurna. “Indah pada waktunya bila kita menabur pada waktunya.” Ini baru kalimat yang sempurna untuk memberikan gambaran sebenarnya dari menunggu yang aktif (menabur pada waktunya).
Indonesia memiliki iklim yang lebih dinamis dibandingkan iklim di Eropa. Benua Eropa memiliki 4 musim, yakni musim semi, musim gugur, musim panas, dan musim dingin. Pada musim dingin orang-orang tak bisa bercocok tanam, udara sangat dingin dan menghalang beberapa aktivitas. Selama 3 bulan–4 bulan dalam setahun, orang-orang Eropa mengalami penurunan produktivitas di musim dingin. Buruknya cuaca di musim dingin memaksa penduduk menabur benih, bercocok tanam, dan mengumpulkan makanan pada musim sebelumnya, yaitu semi, gugur, dan panas.
Jika di musim sebelum musim dingin mereka tidak menabur apa pun, lalu berharap di musim dingin “segala sesuatu indah pada waktunya”, maka hal indah tersebut tidak akan pernah datang.
Begitu juga dengan masa tumbuh kembang anak. Pada dasarnya, anak memiliki masa “golden moment” yaitu masa keemasan pembentukan otak di usia 1–3 tahun. Pada masa keemasan tersebut, anak diharuskan mendapatkan nutrisi yang cukup dan seimbang. Tapi, tak sedikit orang tua dengan status sosial mapan berhemat dengan cara membeli susu dengan kadar nutrisi lebih sedikit. Ketika si anak tumbuh dewasa, dia bermasalah dalam konsentrasi yang berujung pada minimnya prestasi akademis.
Banyak orang tua berharap segalanya akan indah pada waktunya, tapi mereka tak menabur pada waktunya. Akibatnya, yang indah tersebut tidak akan pernah datang.
Timing sukses akan berpihak kepada kita jika kita menunggu secara aktif. Apa pun yang kita tabur hari ini, itulah yang akan kita tuai kelak.
Salah satu hal yang paling menghambat orang menabur adalah penundaan dan rasa malas. Mereka sering berkata “5 menit lagi”, “Tunggu sampai besok”, “Mulai minggu depan”.
Ingat penundaan adalah “SILENT KILLER”. Tidak ada waktu yang sempurna untuk memulai, yang ada hanya waktu yang mendekati sempurna. Dan, waktu yang mendekati sempurna itu adalah SEKARANG!
Mulailah menabur sekarang! Kalahkan rasa malas pada diri kita. Tunda kesenangan kita, bayar harganya, maka timing sukses akan menjadi milik kita!
http://executive.kontan.co.id/v2/kopi_pagi/read/52/Bong-Chandra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar